Tampilkan postingan dengan label gunung api. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gunung api. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Mei 2014

Ring of Fire, Cincin Api

Gambar 1. Batas lempeng-lempeng tektonik dan sebaran gunung api. (gambar dari internet)


Ring of fire atau cincin api merupakan suatu jalur di muka bumi dimana di area tersebut terdapat sejumlah besar gunung api aktif dan kejadian-kejadian gempa bumi sebagai hasil dari aktifitas tektonik atau pergerakan lempeng-lempeng tektonik di muka bumi (gambar 1). Sebagai area yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas tektonik maka daerah ini merupakan daerah rawan gempa bumi dan mayoritas gempa-gempa merusak terjadi disempanjang jalur ini. Terdapat dua Jalur cincin api atau ring of firer di muka bumi, yaitu Circum Pacific Ring of Fire dan Circum Mediterranea Ring of Fire. 

Gambar 2. Ring of Fire, Cincin api Sircum Pasific dan Mediterania

Gambar 3. Cincin api Sirkum Pasifik, di sekeliling Samudera Pasifik.
  1. Circum Pasific Ring of Fire (Cincin api lingkar Pasifik),  jalur di sepanjang batas pertemuan lempeng Samudaera Pasific dengan Benua Amerika Utara dan Selatan di Sisi Timur dan Benua Eropa-Asia (Eurasi di sisi Barat). 90% gempabumi dan 81% gempabumi besar terjadi pada jalur ini. Gunung api di Indonesia Timur yaitu Sulawesi hingga Maluku termasuk bagian dari sirkum pasifik.
  2. Circum Mediterranea Ring of Fire  (Cincin api lingkar Mediterania), jalur ini berada disepanjang sabuk Alpid (Alpide belt), Asia-Eropa, yang terbentang dari Jawa-Sumatera, pegunungan Himalaya, Mediterania hingga Pematang Atlantik (Mid-Atlantic Ridge, atau Mid Oceanic Ridge of Atalntic). 5–6% gempabumi and 17% gempabumi besar duni terjadi pada jalur ini. Merupakan hasil dari :
    1. subduksi Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Benua Eurasia (Eropa Asia), membentuk jajaran pegunungan  dan gunung api di Selatan Indonesia hinga Sumatera.
    2. Kolisi (Collision) Benua India dengan Asia, membentuk Pegunugan Himalaya
    3. Complex Tectonic Boundaries of Mediterranean Sea, yang merupakan batas pertemuan lempeng Benua Afrika dengan Benua Eropa, membentuk pegunungan vulkanik Appennini di Italia dan Alps di Peracis, Swis dan Austria. Pada wilayah ini terbentuk beberapa gunung api  terkenal diantaranya Gunung Etna dan Gunung Vesuvius.

Gambar 4. Sabuk Alpid (Alpide belt), membentang dari Jawa, Sumatera, Asia Tenggara, Pegunungan Himalaya hingga Mediterania.

disarikan dari berbagai sumber..

(ysr)

MENGAPA ADA GUNUNG API

Pembentukan gunung api erat kaitannya dengan aktifitas tektonik lempeng dan naiknya magma ke permukaan bumi, lihat MENGAPA GEMPA.....? Bercerita tentang lempeng tektonik bumi. Setiap aktifitas tektonik yang berbeda menghasilkan karakteristik gunung api yang berbeda pula. Berikut adalah tiga penyebab terbentuknya gunung api, lihat gambar 1.
 
Gambar 1. Proses pembentukan gunung api pada zona subduksi, hotspot dan zona divergen.

Gunung api pada zona Subduksi

Zona Subduksi adalah tempat dimana bertemunya lempeng benua dengan lempeng samudera dimana lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng benua. Bagian ujung lempeng samudera yang menghujam ke dalam lapisan mantel bumi akan mengalami pelelehan dan menambah volume magma di dalam astenosfer. Tekanan yang diberikan akibat pelelehan ini juga menyebabkan naiknya magma menuju permukaan kerak bumi melaui celah-celah atau retakan-retakan pada kerak bumi sehinga membentuk kantong-kantong magma. Kantong-kantong magma di dalam kerak bumi inilah yang nantinya menjadi dapur-dapur magma pemasok material gunung api. Peningkatan aktifitas tektonik pada zona subduksi dapat meningkatkan aktifitas gunung api.

Komposisi magma di dalam mantel bumi awalnya bersifat basa (basaltic), namun ketika bercampur dengan lelehan batuan kerak benua yang bersifat asam, maka pada umumnya gunung api yang dihasilkan di sepanjang sabuk zona subduksi akan bersifat intermediet menghasilkan batuan gunung api andesitik, dengan karakteristik erupsi berupa lelehan lava kental, letusan kuat dan hembusan awan abu. Muntahan material berupa perselingan lelehan lava dan piroklastik dari letusan dan hembusan yang memuntahkan batuan, kerikil, pasir dan abu akan menghasilkan gunung api berlapis atau strato volcano, lihat BENTUK-BENTUK GUNUNG API
BENTUK-BENTUK GUNUNGAPI
BENTUK-BENTUK GUNUNGAPI
.

Gunung api Hotspot

Gunung api hotspot dibentuk pada titik-titik panas yang muncul di tengah-tengah kerak samudera. Magma yang bersifat basaltik muncul kepermukaan membentuk tameng-tameng lava yang berlapis hingga muncul di atas permukaan laut membentuk daratan vulkanik dan gunung api di tengah samudera. Sifat lava yang encer dan cepat membeku membentuk gunung api api tameng (Shield Volcano). Kepulauan vulkanik Hawai (gambar 2.) dan Galapagos (gambar 3) adalah hasil dari proses hotspot.

Gambar 2. Kepulauan Hawai dan prorses pembentukannya.

Gambar 3. Pembentukan Kepulauan Galapagos

Gunung api zona Divergen

Zona Divergen adalah zona dimana lempeng-lempeng kerak bumi bergerak berlawanan arah atau saling menjauh akibat adanya tekanan dari arus konveksi magma pada astenosfer. Proses ini disebut dengan pemekaran (spreading). Pemekaran ini meninggalkan celah celah kosong (rekahan/fracture) yang membuka ruang bagi magma untuk naik ke permukaan kerak.  Magma yang bersifat basaltik dan encer membentuk tameng-tameng lava basa di sepanjang jalur pemekaran.
  1. Di tengah Samudera proses ini akan membentuk pematang-pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridge, MOR), gambar 4. Disepanjang MOR akan terbentuk gunung api - gunung api bawah laut dan sebagian muncul di permukaan laut membentuk daratan vulkanik dengan gunung api aktifnya. Pembentukan gunung api pada jalur ini juga dapat berkembang menjadi strato volcano seperti Gunung Pico di Kepulauan Azuros, Protugal, gunung Eyjafjoelldi dan gunung Grimsvotn  di pulau vulkanik Islandia (Iceland), lihat gambar 4.
    Gambar 4. Letak Kepulauan vulkanik Azuros dan Islandia pada Mid-Atlantic Ridge atau Pematang Samudera Atlantik
  2. Tidak hanya di samudera, pemekaran atau rifting atau zona divergen juga terdapat di Benua Afrika (gambar 5). Pemekaran ini akan menjadi cikal bakal pemisahan atau pembelahan benua Afrika menjadi dua bagian, Jalur-jalur pemekaran membentuk lembah-lembah yang disebut dengan rifting valey menjadi jalur sungai besar dan danau di Africk (Danau Victoria). Jalur-jalur yang dibentuk oleh pemekaran akan meningalkan fractures atau rekahan yang akan terisi oleh magma. Sepertihalnya di sepanjang MOR, magma yang naik ke permukaan di sepanjang jalur pemekaran juga akan membentuk tameng-tameng lava gunung api (shield volcano) dan dapat berkembang menjadi strato volcano, diantarnya yang terkenal adalah Gunung Kenya dan Gunung Kilimanjaro (Gunung api tertinggi di dunia) di Tanzania. Seperti halnya gunung api yang terbentuk pada zona pemekaran/spreading/divergen, maka pada umumnya Gunung Kenya dan Kilimanjaro bertipe basaltik meskipun berbentuk starto volcano, lihat BENTUK-BENTUK GUNUNG API.

Gambar 5. Divergen, pemekaran benua Afrika dan sebaran gunung api di sepanjang pusat pemekaran.

Disarikan dari berbagai sumber
(ysr)

BENTUK-BENTUK GUNUNG API


Strato Volcano/Composite Volcanoes (gunung api berlapis)

Lebih dari separo gunung api aktif di dunia bertipe Strato Volcano, ~60%. Umumnya berkomposisi intermediet (Andesitik-Dasitik) hinga asam, namun tidak menutup kemungkinan bertipe basaltik. Magma yang lebih kental dibandingkan dengan yang bertipe basaltik menghasilkan tekanan yang lebih besar dalam kantong-kantong magma sehingga gunung api tipe ini bersifat eksplosif atau dapat menghasilkan letusan yang hebat. Karakterisitik erupsi adalah campuran lelehan lava (erupsi lelehan, efusif) dan erupsi ledakan (Explosive Eruption) yang menghasilkan materail piroklastik yaitu berbagai ukuran blok batuan hingga pasir, gas dan abu. Campuran Karakteristik erupsi ini menghasilkan perlapisan perselingan antara lava dan material piroklastik (batuan, kerikil, pasir dan abu) sehingga disebut juga dengan Composite Volcanoes.
Gambar 1. Strato volcano. (gambar dari internet)
Gunung api bertipe strato volcano sangat erat kaitannya dengan aktifitas tektonik di zona subduksi, dimana lempeng samudera yang menyusup di bawah lempeng benua mengalami pelelehan secara parsial sehingga meningkatkan aktifitas magmatisme di astenosfer. Lelehan kerak samudera naik kepermukaan melalui celah-celah pada lempeng benua, membentuk kantong-kantong magma di dalam kerak dan memicu terbentuknya gunung api di permukaan. Peningkatan aktifitas tektonik dan kegempaan di sepanjang zona subduksi memilik konsekuensi adanya peningkatan magmatisme di sekitar gunung api sehingga dapat juga memicu peningkatkan aktifitas gunung api. Korelasi lanjutannya adalah dengan peningkatan kegempaan di zona subduksi dapat memicu naiknya status gunung api, lihat MENGAPA ADA GUNUNG API.

Gunung api - gunung api di Indonesia berasosiasi dengan aktifitas tektonik pada zona subduksi sehingga Gunung api di Indonesia umumnya berbentuk Strato volcano. lihat


Shield Volcano

Disebut Shield volcano karena bentuknya yang menyerupai tameng (shield). Hal ini disebabkan oleh erupsi lava basaltik yang encer saat keluar di permukaan mengalir ke segala arah mengikuti topografi di sekitarnya, bagian luarnya cenderung cepat mendingin di bandingkan bagian bawah sehingga kadang saat bagian permukaan aliran lava sudah membeku tapi bagian dalamnya masih mengalir sehingga meninggalkan saluran-saluran dalam tubuh lava itu sendiri. karena lava mengalir cepat dan mendingin dengan cepat maka cenderung shield volcano membentuk topografi gunung api yang landai dengan penyusun utamanya adalah lava itu sendiri. Gunung api temeng umum terdapat di daerah-daerah hotspot seperti hawai dan galapagos, dan pusat pemekaran di punggungan tengah samudera seperti di sepanjang Mid-Atlantic Ridge.
Gambar 2. Shield Volcano dan proses pembentukannnya

Cinder Cone Volcano

cone = Kerucut, Cinder=arang atau abu sisa pembakaran. Kerucut cinder
Dari arti kata di atas dapat kita simpulkan bahwa cinder cone adalah bentuk gunung api yang terbentuk dari tumpukan material piroklastik. Tumpukan menyebar di sekeliling pusat erupsi, melingkar seperti kerucut dengan kemiringan terjal, bagian tengah atau pusat erupsi cenderung berbentuk mangkok. 

Material piroklastik terbentuk dari lava basaltik yang encer menyembur ke udara. Karena sifatnya yang encer dan cepat membeku, maka bom-bom vulkanik dapat terbentuk seketika baik saat masih di udara maupun saat jatuh di sekitar pusat semburan. Batuan piroklastik yang terbentuk umumnya berstruktur skoria (berlubang-lubang, atau berpori banyak) akibat pelepasan gas yang cepat pada bom vulkanik atau lava yang bersifat encer.

Gambar 3. Cinder cone Volcano.

disarikan dari berbagai sumber
(ysr)