Secara faktual dan teori umum
geologi, daerah-daerah patahan dan daerah pertemuan lempeng (baik subduksi dan
kolisi maupun transform) merupakan zona gempa yang akan mengalami gempa-gempa
kecil maupun besar sesuai dengan energi atau
tekanan yang tersimpan di di dalamnya. (lihat MENGAPA GEMPA dan gambar 1). Namun yang perlu kita
pahami adalah bahwa dalam satu jalur zona gempa terdapat segmen-segmen atau blok-blok aktif dengan
simpanan energy berbeda dan kecepatan pergeseran yang berbeda-beda pula,
artinya bahwa blok-blok tersebut tidak bergerak secara bersamaan, sehingga
intensitas gempa setiap blok akan berbeda berdasarkan interval waktu tertentu
(50 tahun, 100 tahun, 200 tahun, dan sebagainya), lihat MENGAPA ADA TSUNAMI (2) .
Gambar 1. Peta Tektonik dan Zona Gempa Indonesia (taken from Internet) |
Seiring dengan pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kalanya suatu blok tidak bergerak dalam
jangka waktu tertentu, atau dengan kata lain blok yang bergerak tersebut tidak
mengalami gempa atau jarang sekali gempa dalam kurun waktu tertentu. Zona
dengan karaktersitik seperti inilah yang disebut Seimic Gap Zone atau zona
hening gempa. Semakin lama suatu blok tidak bergerak atau gempa maka energi yang
tersimpan di dalamnya juga akan semakin besar, sehingga zona-zona hening gempa
(seismic gap) tersebut menjadi zona berpotensi besar menyebabkan gempa merusak
dengan skala magnitude besar (>7 SR).
Di Indonesia, setidaknya ini
dalam hitungan saya, berdasarkan data gempa 1900 – 2013, masih terdapat 9 zona
seismic gap (lihat gambar 1), sebagian sudah menghasilkan gempa besar seperti Aceh (2004), Nias (2005), Pangandaran (2006), dan Pagai (2010). Berikut daftar seismik gap terkini:
- SG1, Zona subduksi, Mencakup kawasan P. Siberut, P. Sipora dan Selatan Kep. Batu. Zona ini merupakan bagian dari Segmen Megathrust Mentawai , Subsegmen Siberut.
- SG2, Subduksi, Selatan Selat Sunda dan P. Krakatau, Segmen ini bisa jadi juga akan menghasilkan peristiwa letusan Gunung Krakatau 1883 yang menghasilkan tsunami hinga Lampung dan Banten.
- SG3, Subduksi, Selatan Jawa Tengah
- SG4, Subduksi, Selatan Bali
- SG5, Subduksi Laut Savu, NTT
- SG6, Subduksi, Timor Timur
- SG7, Subduksi, Timur Laut Banda, Kep. Kai dan Tanimbar
- SG8, Sesar Transform Sula-Sorong, Kep. Sula
- SG9, Sesar Transform Sula-Sorong, Laut Halmahera-Kep. Raja Ampat.
Gambar 2. Peta Seismic gap berdasarkan data gempa 1900 - 2013 dari USGS. |
(ysr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar